Cari Blog Ini

ALASAN MENGAPA TIDAK ADA ORANG INDONESIA YANG MEMILIKI WAJAH KETURUNAN BELANDA

Mungkin sempat terpikirkan di benak kita kan Indonesia Dijajah Oleh Belanda selama 350 Tahun ya kan.. nah pertanyaannya Mengapa TIDAK ADA ORANG INDONESIA YANG MEMILIKI WAJAH ORANG EROPA (BELANDA)? Apa yang sebenarnya terjadi?

Pasca kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, dimulai periode yang cukup kelam dan tidak diceritakan oleh buku sejarah di sekolah, yaitu di mana banyak orang - orang yang dituduh sebagai simpatisan Belanda direnggut nyawanya dan pada akhirnya di tahun 1950'an mulai "dipulangkan" atau bahasa halusnya dideportasi kembali ke Belanda.

Tapi hal yang paling menyedihkan mungkin sewaktu di Jawa pada masa - masa pasca kemerdekaan tersebut, banyak dari mereka yang keturunan Belanda, Indo-Belanda, Indonesia Timur, dan Tionghoa menjadi korban tuduhan ini sehingga banyak nyawa mereka yang direnggut.

Banyak yang dibunuh menggunakan bayonet, bambu runcing, atau pukulan benda keras lainnya. Korbannya? Berjumlah sekitar tujuh ribu sampai dengan 20 ribu jiwa yang mayoritas banyak wanita dan remaja ke bawah. Kemudian memang juga kerap kali terjadi diskriminasi terhadap mereka yang keturunan Belanda dan Indo-Belanda, seperti dipersulit mencari pekerjaan dan dipandang sebagai "bangsa penjajah".

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, populasi orang Belanda, Eropa dan Indo di Batavia (kemudian menjadi Djakarta) merosot drastis karena banyak di antara mereka yang sangat trauma oleh pendudukan Jepang dan memilih mengungsi (kembali) ke Belanda. Juga karena keadaan di Djakarta yang mulai genting memusuhi mereka segera setelah proklamasi kemerdekaan. Terkenal sebagai jaman BERSIAP. Inilah gelombang pertama apa yang dikenal sebagai repatriasi penduduk Belanda. Kemudian, berikutnya setelah penyerahan kedaulatan tanggal 27 Desember 1949, terjadi lagi hengkangnya penduduk Belanda, Eropa dan Indo dari Jakarta. Merupakan gelombang kedua dari repatriasi mereka. 

Pada tahun 1957-1958 akibat memuncaknya perselisihan mengenai Irian Barat (Nieuw Guinea menurut penyebutan Belanda), terjadilah repatriasi gelombang ketiga dari warga Belanda ke negeri asal mereka, sehingga boleh dibilang habislah riwayat orang Belanda di Indonesia untuk selamanya.

Pada Masa Repatriasi, periode di mana banyak orang Belanda dan Indo-Belanda asal Indonesia "memutuskan" untuk hengkang kembali ke Belanda atau beberapa negara lainnya, "memutuskan" juga dalam artian kerap kali ditekan dan didiskriminasi selama masih tinggal di Indonesia. Terhitung sekitar 300 ribu lebih orang Belanda, Indo-Belanda, dan Indonesia yang memutuskan untuk hengkang ke Belanda.
repatriasi tahun 1958


Sonja Ten Hoor-Heints yang merupakan salah satu orang keturunan Indo-Belanda, dulunya Yvone dikumpulkan bersama beberapa orang sepertinya oleh kepala desa di Magelang Utara dan diberikan pilihan yaitu mati atau ikut "dipulangkan" ke Belanda.

Yvone sendiri diangkut bersama - sama dengan orang sepertinya dari Solo menggunakan kereta menuju Semarang untuk segera "dipulangkan" ke Belanda, sesuatu yang membuatnya berpisah dengan ibunya yang keturunan Indonesia. Jadi sampai sini sudah jelas alasan mengapa tidak banyak keturunan Belanda atau Indo-Belanda? Karena mereka dulu banyak dibunuh lalu kemudian "dipulangkan".

Begitulah singkat cerita saya tentang sejarah yang tidak pernah dibahas di buku sejarah sekolah yang hobinya bahas prasasti - prasasti di setiap tingkatan kelas demi menghindari topik seperti ini. Itu juga alasan betapa pentingnya belajar sejarah, supaya berpikir dan bertindak jauh lebih baik dibandingkan generasi pendahulu kita semua.

Sumber:

Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Cari Blog Ini

Label

Recent Posts

Label Cloud